Rabu, 13 Mei 2009

Anatomi Organ Reproduksi


ANATOMI ORGAN REPRODUKSI WANITA


ORGAN REPRODUKSI BAGIAN LUAR WANITA

Vulva

Kumpulan berbagai struktur genitalia eksterna wanita disebut sebagai vulva , bagian- bagian yang disebut dibawah merupakan bagian dari vulva :

Mons Veneris -MV

Mons veneris adalah bahasa latin yang berarti ‘bukit Venus’ (dewi cinta Romawi) berupa jaringan lemak yang menutupi os pubis dibawah abdomen dan diatas labia. Pada beberapa wanita bagian ini merupakan bagian yang sensitif.


Labia Majora - LMa

Labia majora adalah bibir luar vulva erupa tumpukan jaringan lemak sekitar vulva mulai dari mons sampai perineum. Bagian ini umumnya tertutup rambut dan memiliki sejumlah kelenjar lemak dan keringat yang diperkirakan dapat menimbulkan aroma pembangkit gairah seksual .


Labia Minora -LMi

Labia minora adalah bibir dalam vulva, berupa jaringan tipis yang elastis didalam labia majora yang terlipat dan menutup vagina, urethra dan klitoris. Penampilan labia minora bervariasi ada yang sangat tipis atau sampai menonjol keluar. Bagian dalam dan luar labia adalah bagian yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan tekanan.


Klitoris - GC

Klitoris, tonjolan oval, putih antara puncak labia minora dan preputium klitoris. Struktur ini berupa jaringan spongiosa yang sangat sensitif. Sebenarnya struktur ini berukuran sepanjang 4 inchi (yang terlihat dari luar hanya ujung dari klitoris) dan memiliki dua krura yang berjalan melingkari lubang vagina kearah perineum. Jadi sebenarnya klitoris ini lebih besar dari yang diperkirakan. Seperti halnya pada pria , glan klitoris tertutup oleh preputium yang serupa pada pria. Pada fase eksitasi, klitoris mengembang dan terjadi retraksi preputium (preputium clitoridis-pc )sehingga terjadi penonjolan dari glans klitoris. Pada beberapa wanita, ukuran klitoris tidak terlalu besar, tapi kadang-kadang klitoris sedemikian besarnya sehingga ukuran preputium menjadi sangat tidak sebanding dan klitoris terlihat sangat menonjol.


Urethra - UO

Muara urethra berada dibawah klitoris. Struktur ini tidak terkait dengan sex atau reproduksi dan merupakan saluran keluar air seni. Urethra berhubungan dengan kandung kemih . Mengingat bahwa muara urethra angat dekat dengan anus maka untuk menghindari infeksi urethra yang berasal dari anus maka aliran membilas vulva harus dari depan ke belakang.


Himen - H

Himen (selaput dara ) sebuah membran tipis yang menutup sebagian dari lubang vagina dan dapat robek akibat tertembus benda tumpul (penis), olah raga atau saat memasukkan tampon vagina. Kadang-kadang, selaput dara ini tidak memiliki lubang (hymen imperforatus) sehingga vagina tidak memiliki saluran keluar tubuh dan darah haid akan tertimbun didalam vagina menjadi hematocolpos dan hematometra (tertimbunnya darah dalam vagina dan uterus)


Perineum - PC

Perineum bagian kulit yang sangat pendek antara dasar vulva sampai anus. Perineum wanita sering cedera saat persalinan baik yang terjadi secara sengaja ( tindakan episiotomi saat persalinan) atau akibat regangan berlebihan dari kepala janin.


ORGAN REPRODUKSI BAGIAN DALAM WANITA

Vagina – Servik – Uterus – ‘G spot’


Vagina

Vagina terbentang dari lubang luar vagina (orifisium vaginae) sampai lubang keluar uterus (ostium uteri eksternum -eksternal os). Vagina berperan untuk dalam mengakomodasi penis saat sanggama dan sebagai jalan keluar janin saat persalinan. Ukuran panjang kanalis vagina rata-rata 3 inchi, ukuran tersebut nampaknya relatif pendek dibandingkan ukuran rata-rata penis, namun saat penetrasi seksual, servik dapat terangkat keatas dan fornix dapat melebar sampai corpus untuk mengakomodasi penis secara menyeluruh. Pasca sanggama, kontraksi vagina menyebabkan servik turun kembali dan fase relaksasi ini menyebabkan terbentuknya semacam kantung pada fornik bagian belakang yang berperan sebagai penampung sperma.

Pada kedua sisi lubang vagina (orifisium vaginae) terdapat kelenjar Bartholine yang menghasil kan cairan untuk menjaga kelembaban bagian labia serta pelicin bagian dalam vagina selama periode eksitasi dalam respon seksual yang normal.

"G-Spot"

Kata tersebut beradadiantara dua tanda petik oleh karena keberadaannya masih menjadi bahan perdebatan. Pada gambar diatas, apa yang disebut sebagai ‘G-spot’ adalah merupakan daerah kelenjar Skene (muaranya disekitar orifisium urethra) yang peranannya masih tidak jelas. Diluar kontroversi yang ada, satu fakta memperlihatkan adanya sebagian wanita yang merasakan kenikmatan dengan ditimbulkannya tekanan ringan pada daerah tersebut. Biasanya tekanan tersebut diperoleh dengan memasukkan dua jari (jari telunjuk dan tengah). Sebagai tambahan, oleh karena kelenjar Skene berada dekat kandung kemih maka sejumlah wanita merasa bahwa tekanan tersebut dapat menimbukan sensasi ingin buang kecil.

Servik

Servik adalah pintu masuk kedalam uterus. Panjangnya bervariasi antara 1 – 4 cm tergantung pada fase dalam siklus haid wanita yang bersangkutan. Kanalis Servikalis kadangkala tertutup oleh lendir servik untuk mencegah infeksi kedalam uterus. Saat ovulasi, lendir servik menjadi encer dan memungkinkan pasase sperma kedalam uterus.

Uterus

Uterus atau rahim merupakan organ reproduksi utama. Bagian dalam dilapisi oleh selaput lendir (mukosa) yang disebut endometrium. Endometrium tumbuh dan mengalami perubahan selama siklus haid untuk kepentingan implantasi hasil konsepsi. Bila tidak terjadi fertilisasi, endometrium akan luruh dan terjadilah haid. Rahim memiliki otot yang sangat kuat (miometrium) yang dibutuhkan saat persalinan.

Ovarium

Ovarium berfungsi untuk menghasilkan estrogen dan progesteron (hormon sex wanita) dan mengha silkan telur yang matang (ovum). Saat seorang anak perempuan dilahirkan, ovarium memiliki sekitar 400.000 ovum primordial. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan oleh karena sepanjang masa reproduksi wanita diperkirakan hanya diperlukan sekitar 500 telur yang matang. Setelah matang, sel telur akan keluar dari ovarium (ovulasi) menuju ke tuba falopii dan menempuh perjalanan sekitar 3 – 4 hari dan siap untuk dibuahi oleh sperma ( fertilisasi) sehingga menghasilkan hasil konsepsi (kehamilan). Telur yang tidak dibuahi akan keluar bersama darah haid.


ANATOMI GENITALIA PRIA

Alat kelamin (genitalia) pria terdiri dari :

- Genitalia eksterna ( diluar tubuh ), terdiri dari :

o Penis

o Skrotum (buah zakar)

- Genitalia interna ( didalam tubuh ), terdiri dari sejumlah kelenjar yang tersembunyi dan beberapa saluran yang berperan dalam produksi dan penyaluran sperma antara lain : epidedimis, vas deferen dan kelenjar prostat

Alat kelamin pria yang berada diluar tubuh adalah penis. Penis terdiri dari dari corpus

cavernosum,glans penis serta skrotum (buah zakar).

Corpus cavernosum berupa tiga kolom jaringan yang bila terisi penuh dengan darah akan menye

babkan ereksi penis.

Dibawah corpus cavernosum terdapat urethra yang merupakan saluran yang berhubungan dengan ujung penis dan tempat keluarnya air seni dan sperma

Ujung penis disebut glans penis yang merupakan bagian tubuh yang paling sensitif. Pada pria yang tidak di sirkumsisi, glans penis tertutup dengan kulit yang disebut sebagai preputium dan bila ereksi maka preputium akan tersisih dan glans penis akan menonjol keluar.

Jumat, 08 Mei 2009

Herpes Genitalis dalam Kehamilan


Herpes Genitalis dalam Kehamilan


  • Apa yang dimaksud dengan herpes genitalis?
  • Seberapa sering kejadian herpes genitalis?
  • Bagaimana seseorang dapat terinfeksi herpes genitalis?
  • Apa gejala dan tanda dari herpes genitalis?
  • Apa komplikasi dari herpes genitalis?
  • Bagaimana menegakkan diagnosa herpes genitalis?
  • Bagaimana pengobatan terhadap herpes genitalis?
  • Bagaimana mencegah infeksi herpes genitalis?

Apa yang dimaksud dengan Herpes Genitalis ?

Herpes Genitalis tergolong didalam penyakit menular seksual – PMS disebabkan oleh virus herpes simplex type 1 (HSV-1) atau type 2 (HSV-2 ). Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2. Sebagian besar inidividu yang terinfeksi HSV-1 dan HSV-2 tidak atau sedikit sekali yang memperlihatkan adanya gejala. Gejala yang mungkin ada terlihat sebagai satu atau dua vesikula sekitar genitalia atau anus. Saat vesikula pecah terbentuklah ulkus dangkal (‘sores’) yang pada infeksi perdana memerlukan waktu kesembuhan sekitar 2 – 4 minggu. Biasanya infeksi ini akan kambuh dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan setelah infeksi primer namun dengan derajat yang lebih ringan dan singkat. Meskipun infeksi virus tetap berada dalam tubuh untuk waktu yang lama, namun kekambuhan akan terjadi dengan frekuensi yang semakin jarang.

Seberapa sering kejadian Herpes Genitalis ?

Di Amerika Serikat penyakit ini sering terjadi. Sekurang-kurangnya 45 juta penduduk usia 12 tahun keatas atau 1 dari 5 penduduk dewasa menderita infeksi HSV pada genitalia. 10 tahun terakhir, angka tersebut terlihat menurun.
Infeksi HSV-2 pada genitalia lebih sering terjadi pada wanita ( satu dari empat wanita dewasa ) dibandingkan pria ( satu dari lima pria dewasa ),. Nampaknya penularan HSV dari pria ke wanita lebih sering terjadi dibandingkan sebaliknya.

Bagaimana seseorang dapat terinfeksi Herpes Genitalis ?

HSV-1 dan HSV-2 ditemukan di dan dilepaskan dari lesi yang disebabkan oleh virus tersebut, namun selain itu nampaknya penularan juga dapat terjadi tanpa melalui lesi tersebut. Pada umumnya dan tidak selalu, infeksi HSV-2 terjadi melalui kontak seksual dengan penderita infeksi HSV-2. Penularan dapat terjadi dari pasangan yang terinfeksi dan tidak memperlihatkan adanya lesi yang jelas dan tidak disadari oleh penderitanya.
HSV-1 dapat menyebabkan herpes genitalis namun umumnya menyebabkan adanya herpes di bibir dan mulut. Infeksi HSV-1 pada genitalia dapat terjadi akibat kontak seksual oro genital ataupun genital-genital pada penderita infeksi HSV-1 genitalia. Serangan HSV-1 genital lebih jarang terjadi dibanding serangan HSV-2 pada genitalia.

Apa tanda dan gejala Herpes Genitalis ?

Sebagian besar penderita infeksi HSV-2 tidak menyadari adanya infeksi ini. Akan tetapi bila tanda dan gejala terjadi pada serangan primer maka hal tersebut pasti diketahui oleh penderita. Serangan primer umumnya terjadi dalam waktu 2 minggu pasca infeksi dan lesi akan sembuh dalam waktu 2 – 4 minggu. Tanda dan gejala lain pada infeksi primer umumnya berupa gejala flu ringan, pembesaran kelenjar. Akan tetapi, sebagian besar individu yang ter infeksi HSV-2 seringkali tidak mengalami adanya lesi atau terdapat gejala yang sangat ringan sehingga dianggap sebagai akibat gigitan serangga atau kelainan kulit lainnya.
Penderita infeksi primer yang memperlihatkan adanya lesi genital diperkirakan akan mengalami beberapa serangan ulang dalam waktu setahun. Frekuensi serangan akan menjadi semakin jarang dalam tahun-tahun berikutnya.

Apa komplikasi Herpes Genitalis ?

Lesi genitalia pada herpes genitalis terasa sangat nyeri pada penderita dengan gangguan sistem imunologi. Serangan herpes genitalis sering menyebabkan stres pada penderita yang menyadari bila dia terkena infeksi herpes genitalis.
Herpes genitalis dapat berakibat fatal pada neonatus. Infeksi herpes genitalis pada trimester akhir kehamilan sedapat mungkin harus dihindari oleh karena sangat potensial untuk menular pada janin. Bila pada saat persalinan terdapat lesi herpes genitalis maka persalinan dilakukan per abdominal ( sectio caesar )
Herpes genitalis berperan dalam penyebaran HIV, virus penyebab AIDS. Herpes genitalis menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap serngan infeksi HIV dan membuatindividu yang terinfeksi dengan HIV menjadi sangat infeksius.

Bagaimana menegakkan diagnosa Herpes Genitalis ?

Gejala dan tanda dari infensk HSV-2 sangat bervariasi. Provider kesehatan seringkali dapat menegakkan diagnosa hanya melalui inspeksi oleh karena lesi yang ada sangat tipikal dan dipastikan dengan pemeriksaan virologi pada keropeng lesi yang ada. Infeksi HSV dapat di diagnosa melalui pemeriksaan darah untuk melihat adanya antibodi terhadap HSV-1 dan HSV-2, meskipun sangat membantu namun hasilnya tidak selalu dapat dipercaya.

Bagaimana pengobatan terhadap Herpes Genitalis ?

Tidak ada satu jenis terapi untuk mengobati Herpes, namun pemberian antiviral dapat memperpendek dan mencegah serangan ulang. Sebagai tambahan, terapi supresif harian pada saaat infeksi herpes genitalis memperlihatkan gejala dapat menurunkan kejadian penularan pada pasangannya.

Bagaimana mencegah infeksi Herpes Genitalis ?

Cara paling pasti untuk menghidari infeksi PMS termasuk herpes genitalis adalah tidak melakukan kontak seksual dengan sembarang pasangan dan batasi aktivitas seksual yang bebas.
Ulkus genital dapat terjadi pada genitalia pria maupun wanita yang terlindungi dengan kondom. Akan tetapi penggunaan kondom secara konsisten dan benar dapat menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi herpes genitalis.
Penderita herpes genitalis harus menghindari kontak seksual saat gejala herpes muncul. Harus disadari bahwa meskipun tanpa gejala, seseorang dapat menularkan virus HSV pada pasangan seksualnya. Pasangan seksual dari seorang penderita harus diingatkan bahwa dia dapat tertular sehingga dimasehatkan untuk menggunakan kondom pada setiap aktivitas seksual. Hasil pemeriksaan darah yang memperlihatkan adanya antibodi HSV mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi


Editor : dr.Bambang Widjanarko, SpOG
E mail : bwrko@yahoo.co.id
Bbg.widjanarko@gmail.com

Infeksi Chlamydia dalam Kehamilan


INFEKSI CHLAMYDIA

dan

KEHAMILAN

Apa yang dimaksud dengan infeksi Chlamydia ?

Infeksi Chlamydia ("kla-MID-ee-uhl") adalah jenis PMS – penyakit menular seksual yang dapat disembuhkan dan disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis. Anda dapat tertular infeksi Chlamydia trachomatis saat melakukan hubungan seksual genital, anal ataupun oral dengan laki-laki yang menderita infeksi Chlamydia trachomatis. Infeksi ini akan menimbulkan masalah pada pria , wanita dan bayi yang dikandungnya.

Bagaimana gejala dan keluhan dari Infeksi Chlamydia ?

Oleh karena infeksi Chlamydia pada awalnya tidak membuat seseorang merasa sakit, maka anda akan dapat mendapatkan infeksi ini dan tidak menyadarinya. Beberapa penderita memperlihatkan gejala keluarnya cairan yang abnormal ( lendir atau nanah ) dari vagina, penis saat buang air kecil. Gejala dini ini mungkin ringan dan muncul 1 – 3 minggu setelah infeksi. Akibat gejala yang ringan ini maka infeksi ini tidak segera memperoleh terapi,

Tanpa pengobatan maka bakteri Chlamydia dapat naik keatas ( ‘ascending infection’ ) sehingga menyebabkan infeksi panggul ( PID – pelvic inflamatory disease ) pada wanita atau epididimitis pada pria , keduanya merupakan keadaan yang tidak boleh diabaikan.

C. trachomatis dapat menyebabkan radang rektum dan radang kelopak mata ( ‘pink eye‘ ). Aktivitas seksual oral dengan pengidap chlamydia dapat menyebabkan terjadinya infeksi tenggorokan.

Bagaimana diagnosa Infeksi Chlamydia ditegakkan ?

Infeksi Chlamydia sering dikelirukan dengan gonorrohoea oleh karena gejala yang serupa dan disamping itu kedua jenis bakteri tersebut mungkin terdapat secara bersamaan. Metode untuk mengetahui adanya infeksi Chlamydia adalah dengan pemeriksaan laboratorium melalui pemeriksaan sediaan yang diperoleh dari hapusan cairan vagina atau penis.

Bagaimana pengobatan Chlamydia ?

Bila anda terkena infeksi Chlamydia maka dokter akan memberikan antibiotika seperti Azithromycin ( satu kali sehari ) atau Doxycycline ( selama 7 hari ) untuk mengatasi infeksi Chlamydia. Atau, dapat pula diberi jenis antibiotika lain seperti Erythromycin atau Oxfloxacine

Bila anda sedang hamil maka dokter akan menuliskan resep azithromycin atau Erythromycin. Chlamydia trachomatis tidak sensitif terhadap Peniciline dan derivatnya.

Bila anda menderita infeksi Chlamydia :

- Habiskan semua obat yang diresepkan meskipun gejala atau keluhan telah hilang

- Bila 1 – 2 minggu pasca terapi, gejala-gejala masih ada maka datanglah kembali pada dokter anda.

- Beritahukan pada suami bahwa anda menderita infeksi Chlamydia, sehingga bila perlu diapun harus diperiksa dan bila perlu diobati.

Apa yang terjadi bila infeksi Chlamydia tidak di obati ?

Pada wanita, infeksi Chlamydia yang tidak diobati akan menyebabkan penyakit radang panggul. Pada pria, akan menyebabkan skrotum nyeri dan bengkak yang menandakan adanya radang pada testis atau epididimis. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan gangguan fertilitas.

Di AS, 50% penyebab infeksi radang panggul disebabkan oleh infeksi Chlamydia dan sebagian besar diantaranya tidak menunjukkan gejala. Penyakit radang panggul akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada tuba falopii dan menyebabkan infertilitas.

Jaringan parut akan menyebabkan hambatan perjalanan hasil konsepsi menuju uterus sehingga dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik .

Dapatkan infeksi Chlamydia mengenai neonatus ?

Neonatus yang terpapar dengan Chlamydia trachomatis selama perjalanannya melewati jalan lahir pada proses persalinan per vaginam dapat menderita infeksi mata atau pneumonia. Gejala konjungtivitis (‘pink eye’) yang supuratif dan disertai pembengkakan kelopak mata umumnya terjadi dalam waktu 10 hari pertama kehidupan neonatus.

Gejala pneumonia antara lain batuk yang akan menjadi semakin berat disertai dengan kongesti jalan nafas terjadi pada neonatus usia 3 – 6 minggu.

Atas dasar alasan tersebut diatas maka dokter menyarankan perlunya dikerjakan pemeriksaan skrining terhadap Chlamydia pada semua wanita hamil.

Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi infeksi Chlamydia ?

Anda dapat mengurangi kemungkinan terkena serangan infeksi Chlamydia atau menularkannya kepada pasangan anda bila anda melakukan sanggama menggunakan kondom.

Bila anda menderita infeksi Chlamydia namun tidak memunjukkan gejala, anda akan menularkan infeksi kepada pasangan anda tanpa sadar. Atas dasar alasan ini maka dokter menyarankan kepada anda yang memiliki beberapa pasangan seksual terutama yang berusia kurang dari 25 tahun untuk melakukan pemeriksaan Chlamydia secara regular meskipun anda tidak memperlihatkan gejala apapun juga.


Editor : dr.Bambang Widjanarko, SpOG\

E mail : bwrko@yahoo.co.id

Bbg.Widjanarko@gmail.com

Kamis, 07 Mei 2009

Penyakit Menular Seksual dalam Kehamilan

Penyakit Menular Seksual dalam Kehamilan

Di Amerika Serikat setiap tahun hampir sekitar 16 juta manusia terserang PMS - Penyakit Menular Seksual. PMS adalah infeksi yang penularannya terjadi melalui kontak seksual baik dalam bentuk kontak seksual genital, oral atau anal. Banyak penderita PMS tidak menyadari bahwa dirinya mengidap PMS oleh karena seringkali penyakit ini tidak menunjukkan gejala.
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. PMS dapat menyebabkan :

  • Abortus
  • Kehamilan Ektopik (embrio melakukan implantasi diluar rahim)
  • Persalinan preterm (kehamilan ≤ 37 minggu )
  • Lahir mati
  • Cacat bawaan
  • Morbiditas neonatus
  • Kematian
Seringkali penularan pada janin terjadi saat persalinan, saat melalui jalan lahir yang terinfeksi. Namun, sejumlah infeksi juga dapat terjadi secara transplasental dan menyebabkan infeksi janin intrauterin.
Adalah satu hal yang penting untuk memastikan bahwa wanita hamil bebas dari PMS. Pada kunjungan prenatal pertama, provider kesehatan (bidan, dokter , obstetric & gynecologist) akan melakukan skrining untuk beberapa jenis PMS, termasuk HIVhuman immunodeficiency virus ( pada beberapa sentra kesehatan tertentu ) dan syphilis. Beberapa jenis PMS dapat disembuhkan dengan obat, namun tidak semua jenis PMS dapat diobati dengan obat. Bila jenis PMS yang diderita termasuk jenis yang sulit disembuhkan maka harus diambil langkah terbaik untuk melindungi janin yang dikandung.

Beberapa penyakit yang termasuk penyakit menular seksual
:
  • Chlamydia
  • Gonorrhoea
  • Syphilis
  • Vaginosis bakterial
  • Trichomoniasis
  • Herpes genitalis
  • Kondiloma akuminata
  • Hepatitis B

Rujukan :
  1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Trends in Reportable Sexually Transmitted Diseases in the United States, 2005. December 2006.
  2. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Chlamydia Fact Sheet. Accessed 5/17/07.
  3. Cunningham, F.G., et al. Sexually Transmitted Diseases, in Williams Obstetrics, 22nd Edition. New York, McGraw-Hill Medical Publishing Division, 2005, pages 1301-1325.
  4. Workowski, K.A., Berman, S.M. Sexually Transmitted Disease Treatment Guidelines, 2006. Morbidity and Mortality Weekly Report, volume 55, RR11, August 4, 2006.
  5. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Sexually Transmitted Disease Surveillance 2005 Supplement, Syphilis Surveillance Report. December 2006.
  6. American Academy of Pediatrics. Red Book: 2006 Report of the Committee on Infectious Diseases, 27th Edition. Elk Grove Village, IL, 2006, pages 631-644.
  7. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Bacterial Vaginosis Fact Sheet. Accessed 5/18/07.
  8. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Trichomoniasis Fact Sheet. Accessed 5/18/07.
  9. Okun, N., et al. Antibiotics for Bacterial Vaginosis or Trichomonas Vaginalis in Pregnancy: A Systematic Review. Obstetrics and Gynecology, volume 105, 2005, pages 857-868.
  10. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Genital Herpes Fact Sheet. Accessed 5/18/07.
  11. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Quadrivalent Human Papillomavirus Vaccine: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices. Morbidity and Mortality Weekly Report, volume 56, RR02, March 23, 2007.
  12. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). HIV/AIDS Among Women. March 2007.
  13. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Hepatitis B Virus in Pregnancy. ACOG Patient Education Pamphlet, April 2008.
  14. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Viral Hepatitis in Pregnancy. ACOG Practice Bulletin, number 86, October 2007.
  15. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Viral Hepatitis. Updated 7/26/07.